السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ
أَكْبَرُ وَلِلّهِ الْحَمْدُ
اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا
وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً،
لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ
مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ
اللَّهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ
وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أكبر وَللهِ
الْحَمْدُ.
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً
لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ، مِنْ
غَيْرِ الأُمَم، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ وَهُوَ ذُو
الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ
لَكَ، اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء
وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن
تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ وَأَشْهَدُ
اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ.
الَلَّهُمَّ صَلِّ وَاُسَلِّمُ عَلَى حَبِيْبِناَ
المُصْطَفَى، الَّذِّي بَلَّغَ الرِّسَالَةْ، وَأَدَّى الأَمَانَةْ،
وَنَصَحَ الأُمَّةْ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ
بِدَعْوَتِهِ، وَجاَهَدَ فِيْ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ.
اَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ
وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ!
اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ… اَللهُ أَكْبَرُ
وَلِلّهِ الْحَمْدُ
Alhamdulillâhi Rabbi al-âlamîn, segala puji marilah kita
panjatkan ke hadhirat Allah Swt, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam
semoga senantiasa dilimpahkan kepada
junjungan dan suri tauladan
kita, Rasulullah Muhammad Saw, beserta keluarga, para shahabatnya,
dan seluruh umatnya yang senantiasa menaati risalahnya, serta berjuang
tak kenal lelah untuk menerapkan dan menyebarluaskannya ke seluruh
pelosok dunia hingga akhir zaman.
Hari ini, umat Islam di seluruh penjuru dunia bersama-sama
menggemakan pujian atas kebesaran Allah Swt. Lebih dari 1,57 milyar kaum
Muslimin di seluruh dunia mengagungkan asma Allah Swt melalui takbir,
tahlil, dan tahmid. Sementara itu, pada 9 Dzulhijjah kemarin, lebih dari
3 juta saudara kita kaum Muslimin dari seluruh penjuru dunia telah
berkumpul di Padang Arafah, menunaikan ibadah haji, rukun Islam yang
kelima.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله
أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asiral muslimin rahimakumullah,
Di hari ‘Idul Adha, 10 Dzulhijjah 1434 H ini, kita mengenang kembali
peristiwa agung pengorbanan Nabi Ibrahim dalam menaati perintah Allah
Swt untuk menyembelih putranya, Ismail. Bagi Nabi Ibrahim, Ismail adalah
buah hati, harapan dan kecintaannya, yang telah sangat lama didambakan.
Namun di tengah rasa bahagia itu, turunlah perintah Allah kepadanya
untuk menyembelih putra kesayangannya itu. Allah Swt berfirman:
]فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي
أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى[
“Maka tatkala anak itu telah sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: hai anakku, sesungguhnya aku
melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa
pendapatmu” (TQS. ash-Shaffat: 102).
Terhadap perintah itu, Nabi Ibrahim mengedepankan kecintaan yang
tinggi yakni kecintaan kepada Allah Swt dan menyingkirkan kecintaan yang
rendah, yakni kecintaan kepada anak, harta, dan dunia.
Perintah amat berat itu pun disambut oleh Ismail As dengan penuh
kesabaran. Ismail pun mengukuhkan keteguhan jiwa ayahandanya dengan
mengatakan:
]قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ
شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ[
Wahai Ayahanda, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya
Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (TQS.
ash-Shaffat: 102)
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله
أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asiral muslimin rahimakumullah,
Kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail tersebut seharusnya menjadi
teladan bagi kita saat ini. Tidak hanya teladan dalam pelaksanaan ibadah
haji dan ibadah qurban, namun juga teladan dalam berjuang dan berkorban
demi terwujudnya ketaatan kepada hukum-hukum Allah Swt secara
kaffah.
Sungguh, kini banyak hukum Allah Swt yang diabaikan, khususnya syariah
Islam yang berkaitan dengan pengaturan kehidupan bermasyarakat dan
bernegara, baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, sosial, hukum
pidana, pendidikan, politik luar negeri dan sebagainya.
Belum diamalkannya syariah Islam secara
kaffah dalam
kehidupan kita inilah yang menyebabkan kehidupan kaum Muslimin terpuruk
dan terjajah. Saudara-saudara kita di Suriah, Mesir, Palestina, Iraq,
Afghanistan, Xinjiang, Chechnya, Rohingya, Thailand Selatan, Filipina
Selatan dan lainnya, dijajah, disiksa, dibantai dan banyak yang diusir
dari negerinya, tanpa ada yang melindungi dan membelanya.
Sementara di Indonesia, rakyat terhimpit kemiskinan, harga-harga
kebutuhan pokok terus membumbung tinggi, pendidikan mahal tapi
kualitasnya rendah, kekayaan alam kita dikeruk oleh korporasi asing,
layanan kesehatan makin mahal, budaya kufur seperti Miss World semakin
marak, dan korupsi kian merajalela. Kasus yang terakhir, Ketua Mahkamah
Konstitusi tertangkap tangan oleh KPK dengan barang bukti uang sekitar
Rp 4 milyar. Korupsi ini melibatkan tiga pilar demokrasi sekaligus yakni
yudikatif, legislatif, dan eksekutif. Ini bukti yang ke sekian kalinya
bahwa demokrasi melahirkan korupsi.
Sungguh, pangkal keterpurukan ini bersumber pada satu hal yakni
penyimpangan terhadap aturan Allah Swt. Ini karena kaum Muslim berpaling
dari Al-Quran. Keadaan itu telah diterangkan oleh Allah Swt dalam QS.
Thaha 124:
]وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكاً
وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى[
“Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya
baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada Hari
Kiamat nanti dalam keadaan buta…”.
Menurut Imam Ibnu Katsir makna “
berpaling dari peringatan-Ku” adalah:
menyalahi
perintah-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku, melupakannya dan
mengambil petunjuk dari selainnya (
Tafsir al-Quran al-‘Azhim,
V/323).
Sedangkan penghidupan yang sempit tidak lain adalah kehidupan yang
semakin melarat, miskin, sengsara, menderita, terjajah, teraniaya,
tertindas dan sebagainya, sebagaimana yang terjadi di negeri-negeri
Muslim sekarang.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله
أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asiral muslimin rahimakumullah,
Kondisi tersebut tak boleh dibiarkan dan didiamkan. Umat Islam harus
bangkit dan siap berjuang untuk mewujudkan perubahan besar dunia menuju
penerapan syariah Islam secara
kaffah, sebagaimana yang
diinginkan oleh Allah Swt melalui firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah: 208:
]يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ ادْخُلُواْ فِي السِّلْمِ
كَآفَّةً وَلاَ تَتَّبِعُواْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ
عَدُوٌّ مُّبِينٌ[
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam
secara keseluruhannya, dan janganlah kalian menuruti langkah-langkah
setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”.
Untuk menerapkan syariah Islam secara
kaffah dalam semua
aspek kehidupan, baik individu, masyarakat, dan negara, dibutuhkan
institusi yang mewadahinya. Institusi tersebut tidak lain adalah
Khilafah Islamiyah yang berfungsi sebagai
munaffidzah al-syarî’ah
atau
pelaksana syariah. Hanya dengan Khilafah, Islam dapat
ditegakkan secara sempurna dan hukum-hukumnya dapat ditegakkan secara
menyeluruh. Inilah yang hilang dari dunia Islam karena Khilafah
diruntuhkan pada tahun 1924 sehingga semua hukum Islam ditelantarkan
hingga sekarang.
Khilafah tersebut juga berfungsi sebagai penjaga (
hârisah)
bagi
kaum Muslimin, baik agama, darah, harta, maupun
kehormatan mereka. Rasulullah Saw bersabda:
«وَإِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ
وَيُتَّقَى بِهِ»
Sesungguhnya seorang pemimpin itu adalah perisai, di belakangnya
orang-orang berperang, dan kepadanya orang-orang mencari perlindungan
(
HR. Bukhari-Muslim).
Kata
Imam dalam hadits ini maksudnya adalah
Khalifah.
Imam an-Nawawi menyatakan, hadist itu bermakna bahwa Imam/Khalifah
merupakan benteng/tameng karena ia melindungi rakyat dari serangan musuh
terhadap kaum Muslimin, memelihara hubungan kaum Muslimin satu sama
lain dan menjaga kekayaan kaum Muslimin.
Urgensi negara sebagai penjaga bagi umat ini juga ditegaskan oleh
al-Imam al-Ghazali. Beliau berkata:
]اَلدِّيْنُ أُسٌّ وَالسُّلْطَانُ حَارِسٌ وَمَا لاَ أُسَّ
لَهُ فَمَهْدُوْمٌ وَمَا لاَ حَارِسَ لَهُ فَضَائِعٌ[ . (الاقتصاد في
الاعتقاد)
Agama adalah pondasi, sedangkan kekuasaan
adalah penjaga. Sesuatu tanpa pondasi akan roboh, dan sesuatu tanpa
penjaga akan hilang.
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله
أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asiral muslimin rahimakumullah,
Rasulullah Saw dan para shahabatnya telah menjadikan perjuangan
dakwah untuk menerapkan syariah dalam naungan Daulah Islam Madinah
sebagai perkara hidup dan mati. Beliau Saw menegaskan bahwa tidak akan
mundur selangkah pun hingga kemenangan itu datang atau binasa dalam
perjuangan. Rasulullah bersabda:
«وَاللَّهِ لَوْ وَضَعُوا الشَّمْسَ فِي يَمِينِي،
وَالْقَمَرَ فِي يَسَارِي عَلَى أَنْ أَتْرُكَ هَذَا الأَمْرَ حَتَّى
يُظْهِرَهُ اللَّهُ أَوْ أَهْلِكَ فِيهِ مَا تَرَكْتُهُ».
“Demi Allah, andai saja mereka bisa meletakkan matahari di tangan
kananku, dan bulan di tangan kiriku, (lalu mereka minta) agar aku
meninggalkan urusan (agama) ini, maka demi Allah, sampai urusan (agama)
itu dimenangkan oleh Allah, atau aku binasa di jalannya, aku tetap tidak
akan meninggalkannya.” (
HR. Ibn Hisyam)
Karenanya wajib bagi kita kaum Muslimin untuk terus-menerus berjuang
untuk menerapkan syariah Islam dengan menegakkan Khilafah, sebagai
bentuk ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya. Tentu saja dengan
menanggung segala risiko hingga kita dimenangkan oleh Allah Swt atau
kita binasa karenanya.
Memang perubahan besar dunia menuju tegaknya Khilafah tersebut tidak
mudah, namun memerlukan perjuangan dan pengorbanan yang besar dari
segenap kaum Muslimin. Dengan pengorbanan itu, insya Allah perjuangan
yang sekilas tampak sulit itu akan menemukan hasilnya dalam waktu yang
tidak lama lagi. Sebagaimana yang telah dijanjikan oleh Allah Swt:
] وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُم فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ
الَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي
ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّن بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْناً
يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئاً وَمَن كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ
فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ[
“Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal
shalih di antara kalian, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka
berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum
mereka berkuasa; Dia benar-benar akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah Dia ridhai untuk mereka; dan Dia benar-benar akan menukar keadaan
mereka —sesudah mereka berada dalam ketakutan— menjadi aman sentosa.
Mereka tetap menyembah Aku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun.
Siapa saja yang kafir sesudah janji itu, mereka itulah orang-orang yang
fasik”.
(QS. An-Nuur: 55)
اللهُ أكْبَرُ، اللهُ أكْبَرُ، الله
أكبر وَللهِ الْحَمْدُ
Ma’asiral muslimin rahimakumullah,
Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah, semoga Allah Swt
mengabulkan seluruh permohonan kita. Semoga Allah Swt memberi kita
kesabaran dan keikhlasan, serta menguatkan kita untuk berperan penting
dalam upaya melakukan perubahan besar dunia menuju tegaknya Khilafah
Islamiyah.
اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا
كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا، أَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَْلأَحْيَاءِ
مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا
وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ
مِنَّا دُعَائَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ
عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَّسِيْنَآ أَوْ اَخْطَأْنَا
رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى
الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَالاَ طَاقَةَ
لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْلَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلاَنَا
فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَاِفِرِيْنَ
اَللَّهُمَّ يَا مُنْـزِلَ الْكِتَابِ وَمُهْزِمَ
اْلأَحْزَابِ اِهْزِمِ اْليَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ وَصَلِيْبِيِّيْنَ
وَاَنْصَارَهُمْ وَرَأْسُمَالِيِّيْنَ وَاِخْوَانَهُمْ
وَاِشْتِرَاكِيِّيْنَ وَشُيُوْعِيِّيْنَ وَاَشْيَاعَهُمْ
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ دَوْلَةَ الْخِلاَفَةِ عَلَى
مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ وَتُذِلُّ
بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَ اجْعَلْناَ مِنَ الْعَامِلِيْنَ
الْمُخْلِصِيْنَ بِإِقَامَتِهَا بِإِذْنِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَسُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ
عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ
الْعَالَمِيْنَ.
اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ اللهُ أَكْبَرْ وَللهِ
الْحَمْدُ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته