Mau Pasang Iklan, Hub Biro Iklan, Aulia Advertising, Telp. 0813 8468 1151, Mau Pasang Iklan, Hub Biro Iklan, Aulia Advertising, Telp. 0813 8468 1151
DWITAMA SPANDUK ADVERTISING AHLINYA SABLON SPANDUK, UMBUL-UMBUL DAN BENDERA KAIN DAN PRINT, Telp 0813 8468 1151/0859 6661 4393

Dwitama Spanduk Tangsel.

Selasa, 25 Juni 2013

PEREKONOMIAN

PEREKONOMIAN TERTUTUP DENGAN  ADANYA KEBIJAKAN FISKAL
Ditulis oleh Hermi wati
A.      Pendahuluhan
Peranan pemerintah dalam kebijakan ekonomi dapat menjangkau aspek yang sangat sempit sampai aspek yang sagat luas, sehingga pembicaraan mengenai peranan pemerintah dalam kehidupan ekonomi sagat sulit. Karena itu dalam hal ini sering pemerintah memberlakukan kebijakan fiscal. Tujuan utamanya untuk mendorong atau mempertahankan stabilitas ekonomi yang merupakan syarat utama bagi pelaksanaan pembangunan ekonomi yang mantap. Tujuan utama untuk manipulasi anggaran dalam ekonomi untuk menyetabilkan jalannya roda perekonomian atau untuk ikut mendorong pembangunan ekonomi yang setabil. Stabilitas ekonomi dipengaruhi oleh gelombang konjungtur, karena itu ada sebagian orang berpendapat, sebaiknya kebijakan  anggaran berimbang tidak dilakukan tahunan, tetapi satu kelombang konjongtur penuh agar  deficit dapat diimbangi pada konjungtur turun apa naik. Maka masalah keseimbangan tidak ensensial, masalah esensial bagaimana menangulangi gelombang konjungtur dengan mengunakan anggaran pendapatan dan belanja Negara dengan terciptanya stabilitas ekonomi yang dinamis.
B.      Kebijakan fiscal yang sengaja (discreationary)
Kebijakan fiscal yang disengaja adalah kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menangulangi gelombang konjongtur, dengan manipulasi anggaran belanja Negara secara sengaja, baik melalui perubahan perpajakan atau pengubahan pengeluaran pemerintah. Dengan usaha ini berapa jauh peranan pemerintah dalam melakukan campur tangannya dalam pengaturan roda perekonomian.
Untuk memudahkan analisis, kita mulai dulu dengan model sederhana dengan mengunakan anggapan-anggapan sebagai berikut:
1.       Pengeluaran  investasi tetap bersifat otonom.
2.       Impak bermula-mula dari perubahan pengeluaran pemerintah tidak menyebabkan pengeluarkan rumah tangga individu dan rumah tangga perusahaan terpuruk, artinya adanya tambahan pengeluaran pemerintah tidak akan memyebabkan fungsi konsumsi dan fungsi investasi bergeser.
3.       Penerimaan pemerintah diperoleh sepenuhnya dari pajak-pajak pribadi. Artinya walaupun PSP, akan lebih kecil dari pada PPI dengan penerimaan pajaktersebut, tetapi PNN, PNS dan PPI akan tetap sama.
4.       Jumlah pajak yang ditarik bergantung dari PNN.

C.      Kebijakan fiscal yang pasif (autometik stabilizers atau built-in-stabilizers.
Dalam realitas sebagian besar pajak-pajak  yang dikenakan kepada masarakat, baik langsung maupun tidak langsung, berhubungan erat dengan tingginya tingkat pendapatan nasional, semakin tinggi tinggkat  pendapatan, semakin besar pula penerimaan yang akan diperoleh dari pajak, baik langsung maupun tidak langsung, pajak pendapatan, pajak perseroan, pajak kekayaan dan sebagainya. Pajak tidak langsung, pajak bea cukai, pajak penjualan, cukai tembakau, dan sebagainya, penerimaan pajak tergantung pada tingginya transaksi dan produksi. Akan tetapi banyak dan tingginya transaksi serta tingginya produksi tergatung daya beli masarakat. Sering kali pendapatan nasional meningkat pendapatan pemerintah dari pajak meningkat, sedang pendapatan nasional menurun pendapatan pajak juga menurun. Dengan adanya kebijakan fiskal pasif dan aktif  ini hanyalah akan mengurangi laju gelombang konjungtursaja.
D.      Akibat kebijakan fiscal
Akibat kebijakan fiscal dampak kepada pemerintah adalah permintaan agregat dari barang-barang dan jasa  akan turun.  jadi, pengunaan pengeluaran pemerintah dan pajak untuk mencapai tujuan makroekonomi tertentu disebut kebijakan fiscal(fiscal  policy). Kebijakan fiscal tidak memiliki kemampuan besar untuk menstimulasi pemulihan ekonomi karena perannanya yang relatipkian mengecil terhadap produk domestic bruto(PDP) sekitar 5-6 persen. Apalagi, besar nilai permintaan   dan pengeluaran sagat tergantung pada asumsi-asumsi makroekonomi yang rentan berubah, seperti pertumbuhan ekonomi, inflasi,kurs, suku bunga, dan harga minyak. Missal pengeluaranbahan bakar minyak(BBM) peningkatan minyak disatu sisi memang meningkatkan permintaan, namun disisi pengeluaran, mengeluarkan beban pengeluaran beban subsidi meningkat. Jika rencana peningkatan subsidi BBM gagal, maka diperkirakan deposit APBN akan naik. Contoh  pada tahun anggaran 2001 subsidi dialokasikan sebesar 48 triliun(3,4% terhadap PDP), sedangkan pada tahun 2000 dialokasikan sebesar Rp 30,8 triliun. Jika rencana peningkatan subsidi BBM sebesar 20% pada april2001 gagal, diperkirakan deficit APBN sebesar Rp 4,81 triliun.
E.       Kesimpulan
Kebijakan fiscal dapat dilakukan dengan dua cara , yaitu secara aktif atau secara sengaja dan secara pasif, apbila pendapatan nasional pengerjaan penuh belum tercapai pemerintah boleh melakukan kebijakan fiscal, untuk mendorong kegiatan ekonomi yang lebih besar. Akan tetapi akibat kebijakan fiscal yang tidak tepat akan menurunkan permintaan agregat  dari barang dan jasa akan turun. Disamping itu kebijakan fiscal tidak memiliki kemampuan besar untuk merubah atau mempertahankan perekonomian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar